KEHIDUPAN ITU BARU ADA JIKA TUBUH DAN DARAH ITU SATU
Teropongindonesianews.com
(Oleh Dionisius Ngeta, Komsos Paroki Nangahure)
Dalam Kotbahnya, Minggu 02 Juni 2024 di hadapan 145 anak-anak calon komuni pertama, orangtua dan keluarga yang memadati gereja Paroki Santa Maria Magdalena Nangahure, Pastor Paroki P. Wilhelmus Lae, CP mejelaskan dan menegaskan keterkaitan yang sangat erat antara tubuh dan darah serta konsekuensi dari hubungan yang tak terpisahkan antara tubuh dan darah itu.
Hal tersebut ditegaskannya di saat umat Katolik sedunia merayakan Pesta Tubuh dan Darah Kristus selain ketika anak-anak hendak menerima tubuh dan darah Kristus. ‘’Tubuh tidak berarti kalau tanpa darah dan darah juga tak berarti jika tanpa tubuh. Tubuh tanpa darah, itu mayat dan darah tanpa tubuh, tidak ada gunanya. Tubuh dan darah menjadi satu baru ada kehidupan” demikian P. Wilem, CP yang pada hari itu, Minggu 02 Juni merayakan hari ulang tahunnya.
Karena itu menurut P. Wilem, CP ketika kita menerima Tubuh dan Darah Kristus berarti kita menerima kehidupan. Kita hidup di dalam Yesus Kristus yang hidup, menderita, yang wafat dan bangkit untuk kehdupan yang kekal. Dan hal tersebut merupakan fakta dan misteri iman kita. Sakramen Ekaristi yang kita terima dan yang akan diterimakan kepada anak-anak calon komuni pertama adalah puncak dan pusat dari kehidupan orang katolik.
Sebagai misteri iman, maka sebelum anak-anak menerima Sakramen Ekaristi, tubuh dan darah Kristus, mereka dipersiapkan selama kurang lebih selama sebulan. Tim pembina yang mempersiapkan anak-anak tidak hanya dari paroki tetapi juga dari Keuskupan Maumere. Semuanya itu dilakukan agar anak-anak dan orangtua lebih memahami dan mengenal Sakramen Ekaristi.
Karena itu di hari-hari terakhir ada pembinaan khusus untuk orang tua dan anak berkaitan dengan Kitab Suci dan Ekaristi. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak dan orangtua sungguh-sungguh memahami Kitab Suci dan Ekaristi sebagai sebuah sakramen keselamatan. Tugas dan tanggungjawab kita selanjutnya adalah mentaati, melaksanakan dan menghayatinya dalam kehidupan kita.
P. Wilem, CP menyampaikan bahwa dalam bacaan pertama terlihat bagaimana bangsa Israel dibawah pimpinan Musah membangun komitmen. Orang-orang Israel berkomitmen atau berjanji bahwa segala firman Tuhan akan mereka laksanakan dan taati. Inilah komitmen dan perjanjian kehidupan di atas mesbah yang diperciki dengan darah. Perjanjian itu melambangkan bahwa mereka memasuki kehidupan yang baru dan dipersatukan sebagai satu keluarga dengan Allah. Karena itu perjanjian tersebut adalah perjanjian kehidupan. Perjanjian yang menunjukan sebuah hubungan kehidupan antara para pihak yaitu Allah dan bangsa Israel.
Karena itu menurut P. Wilem, CP ketika menerima Komuni Kudus berarti kita masuk dalam suatu perjanjian untuk mau melaksanakan dan mentaati segala perintah dan Firman Tuhan. Tidak ada tawar menawar. Ketika kita mentaati dan melaksanakannya maka maka kita menjadi satu keluarga Allah, kita dikuduskan dan menjadi anak-anak Allah.
Selainjutanya P. Wilem, CP mengatakan bahwa sebenarnya iman itu bertumbah dari dua hal. Pertama, iman itu bertumbuh dari mendengarkan Firman Tuhan. Ketika kita mendengarkan Firman Tuhan sesungguhnya kehidupan iman kita sedang dicas, iman kita sedang diaktifkan. Kedua, iman kita bertumbuh dalam tantangan dan penderitaan. Kedewasaan iman kita tak terlepas dari bagaimana kita memaknai tantangan dan penderitaan. Tantangan dan penderitaan adalah ujian bagi pendewasaan kehidupan iman kita. P. Wilem, CP mencontohkan bagaimana saudara-saudari kita yang ada di luar Flores. Berdoa pun bagi mereka sulit, dilarang, diusir. Tapi justeru iman dan keyakinan mereka makin kuat, makin diuji makin dewasa di tengah tentangan, kesulitan dan penderitaan.
Sebelum berkat penutup, P. Wilem, CP memberikan catatan pastoral selain ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi sehinggan anak-anak dapat menerima Komuni Pertama. Dalam catatan pastoralnya, P. Wilem, CP mengatakan bahwa Sambtu Baru, Komuni Pertama bukan berarti telah tamat SD, telah selesai ke Gereja/Misa atau telah selesai pembinaan. Pendidikan harus terus berlanjut, Misa, Perayaan Ekaristi selalu dirayakan setiap hari Minggu dan pembinaan bagi anak-anak terus berlangsung. Karena itu dibutuhkan ketaatan untuk melaksanakan firman dan perintah Tuhan.
Setelah berkat penutup, dilanjutkan dengan sesi foto-foto bersama yang diatur berdasarkan sekolah asal masing-masing anak-anak peserta Komuni Pertama. Di antaranya SDK Ona, SDN XXIV Wuring, SDI Patisomba, SDI Belang, SDI Urung Pigang dan SDI Aimitat. Kemudian umat bersalam-salaman dengan P. Wilem, CP yang pada hari itu, Minggu, 02 Juni merayakan Ulang Tahunnya.
Disaksikan oleh Komsos Paroki, umat terutama OMK, Misdinar, anak-anak Sekami dan para suster Benediktin sangat antusias dan penuh sukacita menyalami Pastor Parokinya. Sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun mereka membawa kue-kue tar dan tumpeng ulang tahun. Dalam kesederhanaan dan penuh sukacita bersama anggota koor dari Lingkungan St. Isidorus, misdinar dan para suster, P.Wilem, CP merayakan ulang tahunnya bersama umat di Aula Paroki.
Pewarta: Don Bosco.
Editor: Santoso.