Luar Biasa, Ketua DPC PKN Bersemangat Membesarkan Organisasi

Teropongindonesianews.com

Langkat – Begitu bersemangatnya Ketua DPC PKN kabupaten Langkat ini untuk membesarkan ORMAS yang dipimpinnya dan hal ini bertujuan agar organisasi tersebut bisa besar di kabupaten Langkat sehingga bagi masyarakat bisa sangat berarti.

Ketua DPC PKN Langkat ini juga sangat perduli kepada seluruh PAC PKN Sekabupaten Langkat dengan mwnwrapkan beberapa langkah positif bagi anggota, selain Itu juga dirinya sangat nampak dalam Kinerjanya baik pada masyarakat ataupun pada siapapun saja, termasuk pada seluruh anggota serta pengurus PKN sehingga sangat tidak heran kalau dirinya sangat di sukai dengan siapapun saja. Syafei – Korwil Sumut

Continue reading
KACAU…!!!, Diduga Plt Kepsek SMAN 22 Palembang Menerima Uang Gratifikasi Pada Penerimaan PPDB Tahun Ajaran 2024- 2025

Teropongindonesianews.com

Sumsel – Merujuk surat media teropong Indonesia news pada tanggal 13/ 06/2024 perihal: Dugaan Gratifikasi Penerimaan PPDB di SMAN 22 Palembang oleh oknum Plh kepala sekolah tahun ajaran 2024-2025 di kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

Awak media TIN menemukan adanya dugaan pada jalur zonasi calon siswa baru yang beralamat di seputaran Sukarami dengan jarak hampir 2,5 km dengan inisial AO dan AF diterima di SMAN 22 Palembang , sementara dengan jalur yang sama calon siswa inisial SC tidak diterima di SMAN 22 Palembang, kalau kita lihat jarak sekolah dengan calon siswa SC lebih dekat dari pada AO dan AF.

Lalu tim media TIN langsung menelusuri sekolah asal ( Kepsek SMP) AF dan AO dan menanyakan apakah kedua siswa/i tersebut ada prestasi baik akademik maupun non akademik dan Menurut kepsek tidak ada.

Dugaan Perbuatan jahat yang di lakukan oleh oknum Plt Kepsek SMAN 22 Anwar Sadat tersebut telah merusak marwah dunia pendidikan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan .

Menurut informasi yang dapat dipercaya, bahwa diduga orang tua calon siswa AF dan AO telah memberikan sejumlah uang jutaan rupiah kepada Anwar Sadat selaku Plt Kepsek SMAN 22 Palembang melalui pihak ketiga.

Kalau kita lihat jabatan Plt Kepsek SMAN 22 Palembang Anwar Sadat tersebut baru seumur jagung, sudah berani memulai melakukan hal-hal yang melawan hukum yang patut Diduga gratifikasi Murni dan kejadian ini menurut beberapa Praktisi Hukum yang sempat pula menyimak hal ini mengatakan bahwa hal ini harus segera di ungkap ke pihak APH ( Kepolisian dan Kejaksaan – Red ).

Pada tanggal, 11/6/2024 ketika awak media Tim ingin melakukan konfirmasi ke pada Plt kepsek Anwar Sadat ternyata terhenti di bagian security yang mengatakan bahwa Plt kepsek belum datang, wakil humas keluar dan wakil lain sedang sibuk, kemudian Tim Media TIN menunggu beberapa saat, lalu ketika Tim akan keluar dari sekolah, security memanggil Bahwa ada telpon dari wakil Humas atas nama Pak Sidi, selanjutnya Tim menanyakan tentang dugaan gratifikasi yang di lakukan oleh Kepsek tersebut, akan tetapi di jawab dengan nada menantang keras ” Silahkan laporkan ke Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera !!!”, Tegasnya.

Menurut Hartono selaku aktivis LSM TEROPONG bahwa perbuatan Plt Kepsek SMAN 22 dan Wakil Humas tersebut tidak bisa dibiarkan, Karena membuat penerimaan PPDB di sekolah tersebut menjadi kotor dan melanggar UU nomor 31 tahun 1999 dan diubah menjadi UU nomor 20 tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi.

Sampai berita ini diunggah ke publik, tim media TIN belum mendapatkan jawaban yang akurat dari pihak sekolah SMAN 22 Palembang yang sangat jelas tidak mengindahkan konfirmasi Tupoksi Media TIN yang sudah sesuai Tupoksi seorang Journalist.

Bersambung.

Ir/ Sumsel.

Continue reading
IJW Minta PPATK Telusuri Aliran Dana Pwi Gate Empat Oknum PWI Pusat

Teropongindonesianews.com

Jakarta,— Kasus PWI Gate, Korupsi dan atau penggelapan dana bantuan Sponsorship UKW PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dari BUMN yang melibatkan empat oknum pengurus PWI Pusat, terus bergulir. Kali ini Indonesian Journalist Watch (IJW) minta PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan) telusuri Transaksi Keuangan mereka.

IJW menilai ini penting, karena kasus dugaan korupsi dan atau penggelapan dana bantuan UKW PWI ini boleh dibilang tidak sedikit milyaran. Sementara Dulu Ketua DPD RI, Irman Gusman hanya menerima Rp.100 juta dari kasus importasi gula rafinasi dipenjara. Masak oknum PWI yang lebih besar didiamkan saja.

Adapun empat orang pengurus harian PWI Pusat yang terlibat yaitu Ketum PWI, Hendri Ch.Bangun, Sekjen, Sayid Iskandarsyah, Wabendum, M.Ihsan dan Direktur UKM, Syarif Hidayatullah. DK PWI Pusat, 16 April 2024 telah berikan sangsi keras dan rekomendasi pemecatan sebagai pengurus harian PWI Pusat.

Kepada media di Jakarta, Ketua Umum IJW, HM.Jusuf Rizal,SH mengatakan, ada beberapa alasan kenapa IJW konsisten membongkar kasus PWI Gate ini. Pertama, karena kasus ini memalukan dan merupakan tamparan bagi insan pers. Merusak citra, wibawa dan nama organisasi PWI maupun jurnalis secara umum.

“Dulu kami bangga menjadi jurnalis karena ada idealisme, integritas dan semangat bela negara. Bangga menjadi anggota organisasi PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) tertua di Indonesia itu. Tapi setelah kasus ini, banyak orang mencibir menyebut wartawan juga sudah korupsi. Malu kita,” tutur Jusuf Rizal, pria berdarah Madura-Batak penggiat anti korupsi itu.

Kedua, kasus ini harus dituntaskan karena untuk memberi pelajaran agar dalam mengelola organisasi, siapapun itu harus memegang prinsip transparan, akuntabel dan profesional, tidak terkecuali PWI. Karena bagaimana mungkin mendidik wartawan muda dengan etika dan moral, jika di pucuk pimpinan sudah busuk.

Ketiga agar keuangan organisasi tidak dicuri oleh oknum-oknum seolah-olah karena memiliki otoritas semaunya melakukan Abuse Of Power (Penyalahgunaan wewenang) yang merugikan organisasi PWI. Uang milyaran itu besar bagi wartawan yang hidupnya bergantung pada tulisan.

“Anda bisa bayangkan wartawan non anggota Dewan Pers, cari duit Rp.50 ribu saja susahnya minta ampun. Bahkan tidak jarang diusir seperti maling ayam. Dan itu jumlahnya ribuan diberbagai daerah. Tapi pengurus Pusat PWI pesta pora jadikan bancaan makan duit negara. Ini ironis dan miris,” tegas Jusuf Rizal, Ketum PWMOI ( Perkumpulan Wartawan Media Online Indonesia ) itu.

Itulah yang mendasari IJW meminta PPATK menyelidiki aliran dana Sponsorship UKW PWI -BUMN. Siapa yang menerima. Ditransfer kemana saja. Jika disebutkan ada dana Cashback akan terlihat jelas, siapa penerimanya. Kan rekeningnya bisa terbaca PPATK, tegas Jusuf Rizal.( */Red )

Continue reading
KRISIS IMAN REMAJA DI ERA DIGITAL

Teropongindonesianews.com

Eleuterius Andreyano Meka
Mahasiswa Universitas Widya Mandira Kupang

Sejak manusia keluar dari dunia mitos, lalu mengambil jarak terhadap dunianya secara ontologis, tercatat beberapa kegoncangan kebudayaan. Aguste Comte mengatakan bahwa umat manusia dalam  perkembangan kebudayaan, bergerak maju dari tahap mitos dan agama, ke tahap positif, terhadap ilmu pengatahuan. Dapat dilihat bahwa di awal peradaban manusia, agama memainkan peranan penting. Namun seiring berjalannya waktu, posisinya mulai tergantikan oleh pengetahuan. 

Aristoteles menulis bahwa manusia adalah makhluk yang ingin mengetahui. Selaras dengannya Thomas Aquinas juga memberi pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang selalu bertanya.
Secara faktual pertanyaan dan keingintahuan manusia mendorong gairah untuk melahirkan jiwa imajiner dalam menciptakan kreatifitas yang sangat luar biasa. Dan manusia menemukan jawabannya dalam beragam alat komunikasi yang merupakan ciptaan homo sapiens.
Namun demikian, kemajuan teknologi internet telah mereduksi komunikasi antar manusia. Manusia menjadi sangat egois dan acuh tak acuh terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Dunia sedang mengharuskan seseorang untuk menggunakan computer mediated communication (cmc), di mana dampak negatif jelas terlihat. Orang tidak lagi menghargai komunikasi bermakna antara human by human atau face to face dalam membangun relasi.
Dampak lain yang ditimbulkan ialah bahwa nilai religius masyarakat modern sedang “terjun bebas”, dan diganti dengan dewa ciptaan masing-masing yang dipuja secara fanatik. Apabila agama dan para pelayannya yang menjadi tonggak terakhir perisai perlawanan terhadap unsur kesombongan manusia bersikap apatis, maka eksistensi Gereja-pun dipertanyakan.
Di era digital, banyak anak mudah atau kaum remaja yang sudah menganggap agama tidaklah pentingnya. Kebanyakan dari mereka menghadiri misa pada hari minggu, hanyalah ritualisasi semata atau ada kepentingan lain. seperti ingin bertemu teman, pacar, kenalan, kerabat, dan lain sebagainya.
Ini terlihat jelas dari cara mereka menghayati makna perayaan Ekaristi. Gereja telah menjadi media pertemuan untuk berfoto ria, mengobrol, gossip, dan menjadi tempat pelarian dari masalah di rumah atau dalam keluarga.
Perkembangan media sosial yang terjadi secara masif telah memengaruhi terjadinya krisis iman umat katolik di kalangan remaja. Kejadian ini membuka mata dan pikiran para pemimpin Gereja akan sebuah tantangan berat dalam misi menjangkau anak milenial Kristen.
Dirasa bahwa pengembalaan dan mentoring gereja secara onsite terputus dan penjangkaun terhadap generasi milenial dalam ruang digital juga tidak maksimal. Anak milenial menyatakan bahwa gereja tidak lagi menarik dan tidak cocok dengan tuntutan perkemabangan zaman.
Untuk menjawab problematika seperti ini, begitu banyak pihak yang mampu membantu untuk menumbuhkan kualitas diri manusia itu sendiri. Ada peran pendidikan formal yang mengajarkan tentang ilmu pengetahuan dan pembentukan karakter anak. Hal selanjutnya adalah peran komunitas baik keluarga, persahabatan, ataupun lingkungan lainnya.

Karakteristik Kaum Remaja di Era Digital

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk senantiasa berubah. Perubahan menjadi satu factum yang tidak dapat dinegasi. Perubahan paling mendasar dan sangat kodrati adalah perubahan fisik, yang bermula dari janin menjadi bayi, anak-anak, ,remaja dan seturusnya. Hal ini mau menggambarkan dengan jelas tentang kemutlakan perubahan dalam hidup.
Perubahan terjadi tidak hanya secara biologis namun juga sosiologis. Perubahan terjadi dalam setiap dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, pertahanan, komunikasi, dan pertanian. Perubahan yang paling memengaruhi berbagai lini kehidupan dan jenjang sosial kemasyarakatan adalah ilmu pengetahuan dan komunikasi.
Manusia dewasa ini lumrah disebut sebagai “Homo Digitalis” atau makhluk digital. Rumasan klasik tentang manusia sebagai makhluk sosial mungkin tidak hilang namun direduksi ke arah yang berbeda. Sosial bukan dalam artian lokal melainkan global. Artinya manusia di era digital ini memang masih hidup sebagai makhluk sosial namum bagi saya sosial yang utopis.
Kesosialan manusia dewasa ini lebih dimaksudkan pada relasi antar wilayah atau bahkan Negara, dan bukan antar “sesama” yang berada secara empirik. Hubungan yang dibangun bukan melalui interaksi langsung antara subjek dan objek, melainkan melalui platform digital atau internet.
Secara etimologis digital berasal dari kata Inggris, digit, yang berarti jari tangan atau kaki. Dari arti kata digital dapat kita buat satu hipotesa bahwa era digital adalah suatu masa di mana orang lebih sering menggunakan jari untuk melakukan aktifitas.
Problem empirik yang timbul di era digital adalah disfungsi jari. Jari/tangan yang sejak abad pertama kehidupan manusia biasa digunakan untuk bekerja seperti berburu, bercocok tanam, dan lain sebagainya, atau dalam kehidupan katholik, jari yang dulunya digunakan untuk menghiting butir-butir rosario, kini menjadi jari yang sibuk mengetik keyboard pada alat komunikasi modern.
Perubahan-perubahan yang terjadi mereduksi banyak hal dari kehidupan pribadi manusia. Dahulu kala anak kecil berkumpul bersama, bermain, dan melakukan kegiatan yang memiliki nilai sosial yang sangat tinggi. Berbeda dengan anak-anak zaman sekarang yang asyik berselancar dengan dunianya sendiri. Orang sudah menjadi sangat individualistis dan egostis.
Ditinjau dari aspek kerohanian, banyak anak muda zaman sekarang yang menganggap praktek keagaman merupakan hal yang kuno dan terlalu berbau feminis. Nilai moral-etika sosial dipandang sebagai pengekang kebebasan.
Anak-anak usia sekolah dasar yang seharusnya polos, jujur, dan lugu, manjadi anak yang penuh manipulatif dan progresif. Dengan data dari internet yang tidak difilter, membuat anak kecil memperoleh banyak pengetahuan, entah yang buruk maupun yang baik.
Hal yang sama berlaku bagi remaja di usia sekolah pertama yang kerap terlibat dalam tidakan anarkis dan pornoaksi/pornografi. Pada kenyataannya bahwa karakter personal remaja zaman ini tidak dapat lagi diprediksi. Karakter pribadi setiap anak telah terkontaminasi oleh video dan game yang dimainkan. Dan, persoalan kemudian yang menjadi dampak lanjutan dari arus globalisasi dan digitalisasi ini adalah krisis iman.

Krisis Iman Remaja dan Solusinya

Perkembangan media komunikasi, internet, pengetahuan atau sains telah membawa krisis iman secara khusus terhadap iman kaum remaja. Tingkat pertumbuhan iman (rohani) generasi ini menurun drastis hampir di seluruh pelayanan gereja lokal di kota besar.
Hal ini dikarenakan karakteristiknya yang sangat kontemporer, kontradiksi dengan keberadaan Gereja yang konservatif, sehingga dipandang sebagai hal yang mistis, jauh, terbelakang, tidak berkembang, dan tertutup terhadap perkembangan zaman.
Iman sebagai bagian dari realitas humanitas merupakan proses yang tidak sekali jadi. Iman adalah suatu proses menjadi. Iman adalah sebuah jawaban dari pergumulan. Kebenaran iman ada dalam laku, bukan hanya dalam rumusan yang baku. Orang beriman membutuhkan proses untuk dapat menumbuhkan imannya. Perlu adanya latihan, arahan, dorongan, bantuan dan lain sebagainya dalam menumbuh kembangkan iman tersebut.
Iman membutuhkan perbuatan atau actio bukan hanya sebatas mengikuti ritual keagamaan, menghafal doa-doa, atau mendaraskan mazmur setiap hari. Pandangan inilah yang harus ada dalam diri kaum remaja saat ini.
Iman pada dasarnya merupakan wilayah privat manusia. Artinya setiap orang bebas mengatur atau menata imannya masing-masing. Karena bersifat privat maka iman sebenarnya juga sangat subjektif dalam mana tidak dapat dibenarkan pemaksaan seseorang untuk menganut agama tertentu atau mendikte dengan cara pemaksaan untuk mengimani apa yang diimani.
Iman adalah satu kebebasan. Namun iman juga bersifat objektif. Artinya ketika berada dalam satu komunitas iman yang sama ada keharusan mengahayati iman secara personal harus juga menjalaninya secara komunal atau bersama orang lain.
Dalam kasus ini, kiranya semua orang dapat menolong iman kaum remaja yang sudah mulai memudar. Kaum remaja perlu diarahkan, dituntun, dibina, dan dikembangkan imannya. Gereja dalam hal ini para gembala umat memiliki kewajiban untuk membangun iman umat.
Upaya yang dapat diwujudkan seperti membangun relasi yang baik, menciptakan suasana yang kondusif, dan membuka diri akan perubahan yang terjadi. Cara membuka diri salah satunya adalah dengan membuat penjelasan tentang iman yang menarik dalam bentuk fisis-praktis atau verbal-visual, baik secara daring ataupun luring.
Manusia dewasa ini telah disebut sebagai “Homo Digitalis” atau makhluk digital. Rumasan klasik tentang manusia sebagai makhluk sosial mungkin tidak hilang namun direduksi ke arah yang berbeda. Sosial bukan dalam artian lokal melainkan global.
Artinya manusia di era digital ini memang masih hidup sebagai makhluk sosial namun juga sosial yang utopis. Karena kesosialan manusia sekarang lebih dimaksudkan pada relasi antar wilayah atau bahkan negara bukan antar “sesama” yang berada secara empirik. Hubungan yang dibangun bukan melalui interaksi langsung antara subjek dan objek, melainkan melalui platform digital atau internet.
Realitas kehidupan yang terjadi saat ini menarik banyak perhatian masyarakat akan masa depan generasi muda. Ketakutan terbesar adalah kemerosotan nilai moral-etis yang semakin memudar. Karakter yang baik harus diusahakan agar tetap bertumbuh dalam hidup.
Pada kenyataannya media sosial telah menjadikan kaum muda bukan individu yang eksklusif dan terkungkung dalam budayanya, namun sudah inklusif dan sangat partisipatif dengan budaya lain.
Di sini telah memungkinkan silang praktik atau pemahaman budaya yang direduksi sehingga melahirkan ambiguitas identitas sosial, politik, dan agama. Lebih jauh kaum muda lupa akan “Yang Ada”, yang telah mengadakan yang ada untuk melengkapi ada yang berada.
Kaum muda telah melupakan Allah. Lebih menarik bagi mereka adalah “Allah” hasil ciptaan sendiri “disembah”. Anak muda sanggup duduk berjam-jam untuk chating-an daripada beberapa menit berlutut dan berdoa.
Kenyataan ini menjadi tanggung jawab manusia zaman ini untuk mengembalikan status asali manusia sebagai homo religius. Tanpa identitas ini keberadaan manusia dan perkembangannya akan terasa hambar dan tanpa arti.

Continue reading
Polisi Selamatkan Nyawa Pencuri

Teropongindonesianews.com

Purwakarta – Hampir nyaris di hakimi massa dikarenakan warga marrah mengambil laptop dan android milik warga seorang pencuri berhasil diamankan petugas polisi dari Polsek Plered, Polres Purwakarta Jabar menyelamatkan nyawa pencuri yang teracam amukan massa pada Senin (17/6/2024)

Pencuri tersebut melancarkan aksinya di salah satu rumah warga yang ada di Kampung Pasir Peteuy, Desa Cibogogirang, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta.

Diketahui, terduga pencuri tersebut berinisial AR (25) warga Kelurahan Sembilan Sepuluh Ulu, Kecamatan Susatu, Kabupaten Pelaju, Provinsi Sumatera Selatan.

Kapolres Purwakarta, AKBP Edwar Zulkarnain membenarkan atas kejadian ini memang personel Polsek Plered telah mengamankan seorang terduga pelaku pencurian dengan pemberatan dari amukan massa.

“Awalnya personel Polsek Plered mendapat laporan dari warga, bahwa warga setempat telah mengamankan pelaku yang diduga telah melakukan pencurian laptop dan handphone. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan personel Polsek Plered bergegas langsung menuju lokasi,” jelas Edwar, Selasa, (18/6/2024)

Kapolres menambahkan, setelah tiba di lokasi kejadian, benar ada pelaku yang diamankan oleh masyarakat. Dan sempat dikeroyok warga karena marah.

“Awalnya, pada Senin, 17 Juni 2024 sekira pukul 06.00 WIB, korban telah kehilangan sebuah laptop merk Lenovo berwarna hitam dan sebuah handphone merk Oppo warna biru yang disimpan tengah rumahnya. Korban yang mencurigai AR langsung mendatangi rumah tempat singah terduga pelaku yang jaraknya tidak jauh dari rumah korban. Saat itu korban datang bersama rekannya dan didampingi ketua RT setempat,” jelas Edwar.

Ketika tiba di rumah singgah terduga pelaku, lanjut dia, korban yang didampingi ketua RT serta pemilik rumah singgah tersebut langsung memeriksa kamar diduga pelaku.

“Setelah dilakukan pemeriksaan di kamar terduga pelaku, korban bersama saksi mendapati sebuah handphone merk Oppo dan sebuah laptop yang telah hilang tersebut ada dikamar terduga pelaku yang disimpan di bawah bantal tempat tidur,” ucap Edwar.

Tak berapa lama, warga sekitar mengetahui kejadian tersebut sehingga berlarian mendatangi pelaku. Untungnya, personel Polsek Plered cepat datang ke lokasi sehingga pelaku dapat diamankan dari amukan massa.

“Saat diinterogasi terduga pelaku mengakui bahwa pada Senin, 17 Juni 2024 sekira pukul 03.00 WIB, dirinya telah mengambil sebuah laptop merk Lenovo warna hitam dan sebuah handphone merk Oppo warna biru yang disimpan di ruang tengah rumah korban dengan cara terlebih dahulu masuk ke dalam rumah melalui pintu samping rumah yang dikunci slot,” tutur Kapolres.

Edwar menambahkan dari pelaku, petugas menyita barang bukti sebuah laptop merk Lenovo warna hitam dan sebuah handphone merk Oppo warna biru.

“Akhirnya personel Polsek Plered berhasil mengamankan AR dari amukan massa dan langsung membawa pelaku ke Polsek Plered untuk ditindaklanjuti sesuai prosedur. Kami masih dalami kasus ini, untuk mengetahui ada pelaku lain atau tidak,” pungkasnya.

Pewarta: Fuljo Saefulrohman.

Editor: Santoso.

Continue reading